PERILAKU DALAM ORGANISASI
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Controllership
Dosen
: Wirman, SE., M.Si.
Disusun
oleh :
Kelompok
3
1. Tomi (1610631030281)
2. Yosi
Nabila Nizari (1610631030302)
3. Yulianti (1610631030304)
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Controllership
yang berjudul “Perilaku Dalam Organisasi”
Tugas
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis sampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan tugas makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar untuk
kedepannya penulis dapat lebih baik lagi dalam membuat tugas makalah.
Akhir
kata penulis berharap semoga tugas makalah yang berjudul “Perilaku Dalam
Organisasi” ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Karawang,
30 September 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
2.1
Pengertian perilaku dalam organisasi....................................................................... 3
2.2 Faktor-faktor informal yang mempengaruhi
keselarasan tujuan ............................. 3
2.3 Sistem pengendalian formal .................................................................................... 5
2.4 Jenis-jenis organisas ............................................................................................... 6
2.5 Fungsi kontroler ..................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 10
3.1
Kesimpulan............................................................................................................... 10
3.2
Saran......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya, organisasi merupakan suatu jembatan
dalam membentuk suatu komponen yang dapat dijadikan anggota untuk memecahkan
suatu masalah. Inti organisasi belajar adalahkemampuan organisasi untuk
memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis
proses yang akan menyempurnakan itu.
Organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus
mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka
inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana
aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana orang-orang secara
terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama,
Akan tetapi secara umum organisasi sempat menjadi wacana dalam aktifitas yang
dapat dijadikan sebagai bagian dari kelompok. pada dasarnya adalah karena
manusia adalah makhluk sosial yang dalam konteks ini adalah homo socius . Fakta
tersebut adalah sebuah sifat kodrati.
Manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas
dari masyarakat, kelompok maupun kehidupan bersama komunitasnya. Manusia adalah
makhluk yang berfikir dan dapat berkembang. Setiap manusia memiliki naluri
untuk hidup bermasyarakat. Untuk mmemenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut
maka manusia harus melakukan kerjasama karena dia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri. Di situlah tingkat keterbatasan manusia yang
merupakan cerminan bahwa manusia memerlukan kerjasama dan wadah itu terdapat dalam
organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
perilaku dalam organisasi ?
2. Apa sajakah
faktor-faktor informal yang mempengaruhi keselarasan tujuan ?
3. Apa sajakah sistem
pengendalian formal ?
4. Apa saja jenis-jenis
organisasi ?
5. Apa fungsi kontroler
?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian perilaku dalam organisasi
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor informal yang mempengaruhi keselarasan tujuan
3. Untuk
mengetahui seistem pengendalian formal
4. Untuk
mengetahui jenis-jenis organisasi
5. Untuk
mengetahui fungsi kontroler
BAB
II
PERILAKU
DALAM ORGANISASI
2.1 Pengertian
Perilaku Dalam Organisasi
Perilaku
organisasi membahas seluruh kegiatan organisasi di dalamnya terdapat, perilaku
manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organisasi tersebut.
Perilaku
organisasi adalah bidang studi yang mempelajari pengaruh yang dimiliki oleh
individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam oganisasi yang
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas suatu oorganisasi.
Sistem
pengendalian manajemen mempengaruhi perilaku manusia. Sistem pengendalian
manajemen yang baik mempengaruhi perilaku sedemikian rupa sehingga memiliki
tujuan yang selaras; artinya tindakan-tindakan individu yang dilakukan untuk
meraih tujuan-tujuan pribadi juga akan membantu untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi.
Berbagai
struktur yang berbeda kita gunakan untuk menjalankan seluruh strategi dalam
berbagai tipe organisasi. Sebuah sistem pengendalian manajemen yang efektif
harus dirancang agar bisa sesuai dengan struktur tertentu.
2.2 Faktor-Faktor Informal yang
Mempengaruhi Keselarasan Tujuan
Baik sistem formal maupun proses
informal mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi perusahaan,
konsekuensinya, kedua hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat pencapaian
keselarasan tujuan sebagaimana disebutkan di atas.
a.
Faktor-faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal adalah
norma-norma mengenai perilaku yang diharapkan dalam masyarakat, di mana
organisasi menjadi bagiannya. Norma-norma ini mencakup sikap, yang secara
kolektif sering juga disebut etos kerja, yang diwujudkan melalui loyalitas
pegawai terhadap organisasi, keuletan, semangat, dan juga kebanggan yang
dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas (dan bukannya sekedar menjalankan
tugas secara tepat waktu). Beberapa sikap di atas bersifat lokal – yaitu
spesifik untuk kota atau wilayah di mana organisasi beroperasi. Di lain pihak,
sikap dan norma juga bergantung pada masing-masing negara; sejumlah negara
seperti Jepang dan Singapura, memiliki reputasi yang baik dalam etos kerjanya.
b.
Faktor-faktor Internal
1)
Budaya
Faktor internal yang terpenting adalah
budaya di dalam organisasi itu sendiri, yang meliputi keyakinan bersama,
nilai-nilai hidup yang dianut, norma-norma perilaku serta asumsi-asumsi yang
implisit diterima dan secara eksplisit dimanifestasikan di seluruh jajaran
organisasi. Norma-norma budaya sangatlah penting karena hal tersebut bisa
menjelaskan mengapa dua perusahaan dengan sistem pengendalian manajemen formal
yang sama, bervariasi dalam hal pengendalian aktual. Budaya sebuah perusahaan
biasanya tidak pernah berubah selama bertahun-tahun.
2)
Gaya Manajemen
Faktor internal yang barangkali memiliki
dampak yang paling kuat terhadap pengendalian manajemen adalah gaya manajemen.
Biasanya, sikap-sikap bawahan mencerminkan apa yang mereka anggap sebagai sikap
atasan mereka, dan sikap para atasan itu pada akhirnya berpijak pada apa yang
menjadi sikap CEO.
Para manajer memiliki kualitas dan gaya
yang beragam. Beberapa diantaranya memilki kharisma dan ramah; sementara yang
lain ada yang bergaya agak santai. Ada manajer yang banyak melewatkan waktunya
dengan melihatlihat dan berbicara pada banyak orang manajemen dengan cara
berkeliling (management by walking around); sementara ada juga manajer yang
menyibukkan dirinya dengan menulis laporan.
3)
Organisasi Informal
Garis-garis dalam bagan organisasi
menggambarkan hubunganhubungan formal – yaitu, pemegang otoritas resmi dan
tanggung jawab – dari setiap manajer. Sebagai contoh, bagan tersebut mungkin
menunjukkan bahwa manajer produksi dari Divisi A memberikan laporan kepada
manajer umum Divisi A. Namun, dalam rangka menjalankan tanggung jawab, manajer
produksi Divisi A juga menjalin komunikasi dengan banyak orang lain dalam
organisasi, seperti dengan beberapa manajer lain, unit-unit pendukung, para
staf di kantor pusat dan sejumlah orang yang barangkali sekedarteman atau
kenalan.
Kenyataan-kenyataan yang ditemui selama
berlangsungnya proses pengendalian manajemen tidak bisa dipahami tanpa
mengenali arti penting dari hubungan-hubungan yang menyusun di organisasi yang
bersifat informal.
4)
Persepsi dan Komunikasi
Dalam upaya meraih tujuan-tujuan
organisasi, para manajer operasi harus mengetahui tujuan dan tindakan-tindakan
yang harus diambil untuk mencapainya. Mereka menyerap informasi ini dari
berbagai jalur, baik itu jalur formal (seperti anggaran dan dokumendokumen
resmi lainnya) ataupun jalur informal (seperti dari bahan obrolan yang tidak
resmi).
Lebih lanjut lagi, Pesan-pesan yang
diserap dari berbagai sumber ini bisa jadi bertentangan satu sama lain, atau
bahkan memiliki interpretasi yang sangat beragam. Maka komunikasi perlu
dibangun menyamakan persepsi.
2.3 Sistem
Pengendalian Formal
Pengaruh besar lainnya adalah sistem
yang bersifat formal. Sistem ini bisa kita klasifikasikan ke dalam dua jenis:
(1) sistem pengendalian manajemen itu sendiri dan (2) aturan-aturan.
1) Aturan-Aturan
Kita menggunakan istilah :aturan-aturan
sebagai seperangkat tulisan yang memuat semua jenis instuksi dan pengendalian,
termasuk di dalamnya adalah instruksi-instruksi jabatan, pembagian kerja,
prosedur standar operasi, panduan-panduan, dan tuntunan-tuntunan etis. Beberapa
jenis aturan bisa dilihat di bawah ini:
a. Pengendalian
Fisik
Penjaga keamanan, gudang-gudang yang
terkunci, ruangan besi, passwords komputer, televise pengawas, dan pengendalian
fisik lainnya merupakan bagian dari struktur pengendalian.
b. Manual
Ada banyak pertimbangan untuk memutuskan
aturan-aturan mana yang harus dituliskan ke dalam panduan, mana yang mesti
diklasifikasikan sebagai pedoman, seberapa banyak toleransi yang diperbolehkan
dan beberapa pertimbangan lainnya. Manual dalam organisasi birokratis jauh
lebih rinci dibandingkan dengan aturan organisasi lain. Organisasi besar
memilki panduan dan aturan yang lebih banyak dibandingkan dengan
organisasi-organisasi lain yang lebih kecil. Organisasi yang tersentralisasi
memiliki banyak aturan dibandingkan dengan organisasi yang terdesentralisasi.
Dan yang terakhir, organisasi memiliki unit-unit yang tersebar secara geografis
(seperti jaringan restoran cepat saji) mempunyai lebih banyak aturan
dibandingkan dengan organisasi yang terpusat secara geografis.
c. Pengamanan
Sistem
Berbagai pengamanan sistem di rancang ke
dalam sistem pemrosesan informasi untuk menjamin agar informasi yang mengalir
melalui sistem itu akan bersifat akurat dan untuk mencegah kecurangan. Hal ini
meliputi: pemeriksaan silang secara terinci; pembubuhan tanda tangan dan
bukti-bukti lain bahwa sebuah transaksi telah dijalankan; melakukan pemilihan;
menghitung uang yang ada dan aktiva-aktiva yang mudah di bawa sesering mungkin;
serta sejumlah prosedur lain. Hal tersebut juga mencakup pengecekan sistem yang
dilakukan oleh auditor internal dan eksternal.
d. Sistem
Pengendalian Tugas
Pengendalian tugas didefinisikan sebagai
proses untuk menjamin bahwa tugas-tugas tertentu dijalankan secara efektif dan
efisisen. Kebanyakan dari tugas-tugas itu dikendalikan melalui
peraturanperaturan. Jika sebuah tugas dijalankan menggunakan mesin otomatis,
maka sistem otomatis itu sendiri akan menyediakan pengendalian.
2) Proses
Kendali Secara Formal
Suatu perencaan strategis akan
melaksanakan tujuan dan strategi organisasi. Seluruh informasi yang tersedia
dipergunakan untuk membuat perencanaan ini. Perencanaan strategis tersebut
kemudian di konversi menjadi anggaran tahunan yang fokus pada pendapatan dan
belanja yang direncanakan untuk masing-masing pusat tanggung jawab. Pusat
tanggung jawab ini juga dituntun oleh aturan-aturan dan infornasi formal lain.
Pusat tanggung jawab menjalankan operasi-operasi yang ditugaskan, dan hasilnya
kemudian di nilai dan dilaporkan. Hasil-hasil aktual kemudian dibandingkan
dengan anggaran untuk menentukan apakah kinerjanya memuaskan atau tidak.
2.4 Jenis-Jenis
Organisasi
Strategi suatu perusahaan memiliki
pengaruh yang besar terhadap strukturnya. Pada gilirannya, jenis struktur akan
mempengaruhi rancangan sistem pengendalian manajemen organisasi. Meskipun
kualitas dan ukuran organisasi itu sangat beragam, setidaknya organisasi bisa
dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum:
a. Stuktur
fungsional, di dalamnya setiap manajer bertanggung jawab atas fungi-fungsi yang
terspesialisasi seperti produksi atau pemasaran.
b. Struktur
unit bisnis, di dalamnya para unit manager bertanggung jawab atas
aktivitas-aktivitas dari masing-masing unit, dan unit bisnis berfungsi sebagai
bagian independen dari perusahaan.
c. Struktur
matriks, di dalamnya unit-unit fungsional memiliki tanggung jawab ganda.
a.
Organisasi-organisasi fungsional
Alasan dibalik bentuk organisasi
fungsional melibatkan gagasan mengenai seorang manajer yang membawa pengetahuan
khusus untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi spesifik, yang
berlawanan dengan manajer umum yang kurang memilki pengetahuan khusus. Seorang
manajer pemasaran dan seorang manajer produksi yang terampil kemungkinan besar
akan mampu mengambil keputusan yang lebih baik di bandingkan dengan seorang
manajer yang bertanggung jawab atas kedua bidang itu sekaligus. Lebih lanjut
lagi, seorang spesialis yang terampil harus mampu melakukan supervisi atas para
buruh yang bekerja dalam bidang yang sama secara lebih baik dibandingkan dengan
seorang manajer generalis. Oleh karena itu, keuntungan terpenting dari struktur
fungsional adalah efisiensi. Ada sejumlah kelemahan pada struktur fungsional.
Pertama, dalam sebuah organisasi fungsional terdapat ketidakjelasan dalam
menentukan efektivitas manajer fungsional secara terpisah (seperti manajer
produksi dan manajer pemasaran) karena tiap fungsi tersebut sama-sama
memberikan kontribusi pada hasil akhir. Oleh karena itu, tidak ada cara untuk
menentukan bagian dari laba yang dihasilkan masing-masing fungsi. Kedua, jika
organisasi, terdiri dari beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi yang
melapor ke beberapa manajer pada tingkat yang lebih tinggi dari fungsi
tersebut, maka perselisihan antar para manajer dari fungsi-fungsi berbeda hanya
dapat diselesaikan di tingkat atas, meskipun perselisihan itu berasal dari
tingkatan organisasi yang lebih rendah. Ketiga, struktur fungsional tidak
memadai untuk diterapkan pada sebuah perusahaan dengan produk dan pasar yang
beragam.
b.
Unit-unit Bisnis
Bentuk organisasi unit bisnis dari
organisasi dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada
struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang juga disebut sebagai divisi,
bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran
sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung jawab untuk melakukan
perencanaan dan koordinasi kerja dari berbagai fungsi yang terpisah.
c.
Implikasi terhadap Rancangan Sistem
Jika kemudahan dalam pengendalian
merupakan satu-satunya kriteria, maka semua perusahaan akan diorganisasikan ke
dalam unit-unit bisnis. Hal ini disebabkan karena dalam organisasi unit bisnis,
setiap manajer unit harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan setiap
produk yang dihasilkan oleh unitnya guna menghasilkan laba, melakukan
perencanaan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan elemen-elemen yang
berpengaruh pada kemampuan itu.
2.5 Fungsi
Kontroler
Orang yang bertanggung jawab dalam
merancang dan mengoperasikan sistem pengendalian manajemen disebut sebagai
seorang kontroler. Sebenarnya, di banyak organisasi, jabatan orang ini adalah
chief financial officer (CFO).
Kontroler
biasanya menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a) Merancang
dan mengoperasikan informasi serta sistem pengendalian.
b)
Menyiapkan pernyataan keuangan dan
laporan keuangan (termasuk pengembalian pajak) kepada para pemegang saham dan
pihak-pihak eksternal lainnya.
c)
Menyiapkan dan menganalisis laporan
kinerja, menginterpretasikan laporan-laporan ini untuk para manajer,
menganalisis program dan proposal-proposal anggaran dari berbagai segmen
perusahaan serta mengkonsolidasikannya ke dalam anggaran tahunan secara
keseluruhan.
d)
Melakukan supervisi audit internal dan mencatat
prosedur-prosedur pengendalian untuk menjamin validitas informasi, menetapkan
pengamanan yang memadai terhadap pencurian dan kecurangan serta menjalankan
audit operasional.
e)
Mengembangkan personel dalam organisasi
pengendali dan berpartisipasi dalam pendidikan personel manajemen dalam
kaitannya dengan fungsi pengendali.
a.
Relasi ke Jajaran Organisasi
Fungsi pengendalian adalah fungsi staf.
Meskipun seorang kontroler biasanya bertanggung jawab untuk merancang maupun
mengoperasikan sistem yang mengumpulkan dan melaporkan informasi, pemanfaatan
informasi ini adalah tanggung jawab jajaran manajemen.
Kontroler tidak membuat ataupun
mendorong pihak manajemen untuk mengambil keputusan. Tanggung jawab untuk
menjalankan pengendalian sesungguhnya berasal dari CEO lalu turun ke bawah
melalui jalur organisasi.
b.
Kontroler Unit Bisnis
Para kontroler unit bisnis mau tidak mau
telah membagi loyalitas mereka. Pada satu sisi, mereka berutang kesetiaan pada
kontroler, korporat, yang memegang tanggung jawab operasi sistem pengendalian
secara keseluruhan. Di sisi lain, mereka juga berutang kesetian pada para
manajer di unit mereka, yaitu pihak kepada siapa mereka memberikan bantuan.
Di beberapa perusahaan, kontroler unit
bisnis memberikan laporan kepada manajer unit bisnis dan mereka dihubungkan
dengan garis putus-putus ke kontroler korporat. Di sini, manajer umum unit
bisnis adalah atasan langsung kontroler, dan dia memiliki wewenang dalam
mempekerjakan, melatih memindahkan, memberikan kompensasi, mempromosikan, dan
memecat para kontroler di unit yang bersangkutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku organisasi
adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam
suatu kelompok tertentu. Tujuan praktis dari penelaan studi ini adalah untuk mendeterminasi
bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.
Selain itu, perilaku organisasi
merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode dan prinsip-prinsip dari
berbagai disiplin guna mempelajari persepsi individu dan tindakan-tindakan saat
bekerja dalam kelompok dan didalam organisasi secara keseluruhan., menganalisis
akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber dayanya, misi,
sasaran, dan strategi. Dapat pula dikatakan bahwa prilaku organisasi adalah
suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, klompok dan struktur
pada prilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu
untuk memperbaiki efektifitas organisasi.
Dalam perilaku organisasi
juga merupakan suatu cara berfikir, suatu cara untuk memahami
persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan berikut
tindakan-tindakan pemecahan masalah.Perilaku organisasi dapat pula dirumuskan sebagai suatu
sistem studi dari sifat organisasi seperti misalnya bagaimana organisasi
dimulai, tumbuh, dan berkembang serta bagaimana pengaruhnya terhadap anggota
sebagai individu, klompok pemilik, organisasi lainnya, dan istitusi-istitusi
lainnya yang lebih besar.
3.2 Saran
Dalam sebuah
oerganisasi kita sebagai pelaku organisasi harus terlebih dahulu memahami
tentang perilaku dalam organisasi. Memahami bagaimana tindakan-tidakan saat
bekerja di dalam organisasi agar tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Robert
N. Anthony, Management Control System, Edisi 1